1. Model Sekuensial Linier atau Waterfall Development Model
Berikut Merupakan Tahapan – tahapan Pengembangan Model Sekuensial Linear / Waterfall Development Model :
- Rekayasa dan pemodelan sistem/informasi
- Analisis kebutuhan perangkat lunak
- Desain
- Pengkodean
- Pengujian
- Pemeliharaan
- Corrective Maintenance : yaitu mengoreksi apabila terdapat kesalahan pada perangkat lunak, yang baru terdeteksi pada saat perangkat lunak dipergunakan.
- Adaptive Maintenance : yaitu dilakukannya penyesuaian/perubahan sesuai dengan lingkungan yang baru, misalnya hardware, periperal, sistem operasi baru, atau sebagai tuntutan atas perkembangan sistem komputer, misalnya penambahan driver, dll.
- Perfektive Maintenance : Bila perangkat lunak sukses dipergunakan oleh pemakai. Pemeliharaan ditujukan untuk menambah kemampuannya seperti memberikan fungsi-fungsi tambahan, peningkatan kinerja dan sebagainya.
- Contoh Penerapan dari Pengembangan Model Sekuensial Linear / Waterfall Development Model
- Sistem program untuk pendaftaran dibuat menggunakan bahasa pemrograman PHP, dengan Sistem Database yang dibuat menggunakan MySQL, dan diterapkan (diaplikasikan) pada PC (personal computer) dengan sistem operasi berbasis Microsoft Windows, Linux, dan sebagainya.
- Setelah program selesai dibuat dan kemudian dipergunakan oleh user, programmer akan memelihara serta menambah atau menyesuaikan program dengan kebutuhan serta kondisi user.
- Kelebihan Model Sekuensial Linear / Waterfall Development Model :
- Tahapan proses pengembangannya tetap (pasti), mudah diaplikasikan, dan prosesnya teratur.
- Cocok digunakan untuk produk software/program yang sudah jelas kebutuhannya di awal, sehingga minim kesalahannya.
- Software yang dikembangkan dengan metode ini biasanya menghasilkan kualitas yang baik.
- Documen pengembangan sistem sangat terorganisir, karena setiap fase harus terselesaikan dengan lengkap sebelum melangkah ke fase berikutnya.
- Kekurangan Model Sekuensial Linear / Waterfall Development Model :
- Proyek yang sebenarnya jarang mengikuti alur sekuensial seperti diusulkan, sehingga perubahan yang terjadi dapat menyebabkan hasil yang sudah didapatkan tim pengembang harus diubah kembali/iterasi sering menyebabkan masalah baru.
- Terjadinya pembagian proyek menjadi tahap-tahap yang tidak fleksibel, karena komitmen harus dilakukan pada tahap awal proses.
- Sulit untuk mengalami perubahan kebutuhan yang diinginkan oleh customer/pelanggan.
- Pelanggan harus sabar untuk menanti produk selesai, karena dikerjakan tahap per tahap, dan proses pengerjaanya akan berlanjut ke setiap tahapan bila tahap sebelumnya sudah benar-benar selesai.
- Perubahan ditengah-tengah pengerjaan produk akan membuat bingung tim pengembang yang sedang membuat produk.
- Adanya waktu kosong (menganggur) bagi pengembang, karena harus menunggu anggota tim proyek lainnya menuntaskan pekerjaannya.
2.Model Prototype
Metode Prototype merupakan suatu paradigma baru dalam metode pengembangan perangkat lunak dimana metode ini tidak hanya sekedar evolusi dalam dunia pengembangan perangkat lunak, tetapi juga merevolusi metode pengembangan perangkat lunak yang lama yaitu sistem sekuensial yang biasa dikenal dengan nama SDLC atau waterfall development model.
Dalam Model Prototype, prototype dari perangkat lunak yang dihasilkan kemudian dipresentasikan kepada pelanggan, dan pelanggan tersebut diberikan kesempatan untuk memberikan masukan sehingga perangkat lunak yang dihasilkan nantinya betul-betul sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan.
Perubahan dan presentasi prototype dapat dilakukan berkali-kali sampai dicapai kesepakatan bentuk dari perangkat lunak yang akan dikembangkan.
Teknik – teknik Prototyping Meliputi :
- Perancangan Model
- Perancangan Dialog
- Simulasi
- Pemilihan fungsi
- Penyusunan Sistem Informasi
- Evaluasi
- Penggunaan Selanjutnya
Berikut adalah Tahapan – tahapan Proses Pengembangan dalam Model Prototype, yaitu :
- Pengumpulan kebutuhan
- Membangun prototyping
- Evaluasi protoptyping
- Mengkodekan sistem
- Menguji sistem
- Evaluasi Sistem
- Menggunakan sistem
Model Prototyping ini sangat sesuai diterapkan untuk kondisi yang beresiko tinggi di mana masalah-masalah tidak terstruktur dengan baik, terdapat fluktuasi kebutuhan pemakai yang berubah dari waktu ke waktu atau yang tidak terduga, bila interaksi dengan pemakai menjadi syarat mutlak dan waktu yang tersedia sangat terbatas sehingga butuh penyelesaian yang segera. Model ini juga dapat berjalan dengan maksimal pada situasi di mana sistem yang diharapkan adalah yang inovatif dan mutakhir sementara tahap penggunaan sistemnya relatif singkat.
Berikut merupakan Jenis – jenis dari Prototyping :
- Feasibility prototyping
- Requirement prototyping
- Desain Prototyping
- Implementation prototyping
- Contoh Penerapan Metode Prototype.
- Kelebihan Model Prototype :
- Pelanggan berpartisipasi aktif dalam pengembangan sistem, sehingga hasil produk pengembangan akan semakin mudah disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan.
- Penentuan kebutuhan lebih mudah diwujudkan.
- Mempersingkat waktu pengembangan produk perangkat lunak.
- Adanya komunikasi yang baik antara pengembang dan pelanggan.
- Pengembang dapat bekerja lebih baik dalam menentukan kebutuhan pelanggan.
- Lebih menghemat waktu dalam pengembangan sistem.
- Penerapan menjadi lebih mudah karena pelanggan mengetahui apa yang diharapkannya.
- Kekurangan Model Prototype :
- Proses analisis dan perancangan terlalu singkat.
- Biasanya kurang fleksibel dalam mengahadapi perubahan.
- Walaupun pemakai melihat berbagai perbaikan dari setiap versi prototype, tetapi pemakai mungkin tidak menyadari bahwa versi tersebut dibuat tanpa memperhatikan kualitas dan pemeliharaan jangka panjang.
- Pengembang kadang-kadang membuat kompromi implementasi dengan menggunakan sistem operasi yang tidak relevan dan algoritma yang tidak efisien.
3.Model Rapid Application Development (RAD)
Rapid Aplication Development (RAD) adalah sebuah model proses perkembanganperangkat lunak sekuensial linier yang menekankan siklus perkembangan yang sangat pendek (kira-kira 60 sampai 90 hari). Model RAD ini merupakan sebuah adaptasi “kecepatan tinggi” dari model sekuensial linier dimana perkembangan cepat dicapai dengan menggunakan pendekatan konstruksi berbasis komponen.
Berikut adalah Tahapan – tahapan Proses Pengembangan dalam Model Rapid Application Development (RAD), yaitu :
- Bussiness Modeling
- Informasi apa yang menegndalikan proses bisnis?
- Informasi apa yang dimunculkan?
- Di mana informasi digunakan ?
- Siapa yang memprosenya ?
- Data Modeling
- Proses Modeling
- Aplication Generation
- Testing dan Turnover
- Kelebihan Model RAD :
- Lebih efektif dari Pengembangan Model waterfall/sequential linear dalam menghasilkan sistem yang memenuhi kebutuhan langsung dari pelanggan.
- Cocok untuk proyek yang memerlukan waktu yang singkat.
- Model RAD mengikuti tahap pengembangan sistem seperti pada umumnya, tetapi mempunyai kemampuan untuk menggunakan kembali komponen yang ada sehingga pengembang tidak perlu membuatnya dari awal lagi sehingga waktu pengembangan menjadi lebih singkat dan efisien.
- Kekurangan Model RAD :
- Model RAD menuntut pengembangan dan pelanggan memiliki komitmen di dalam aktivitas rapid-fire yang diperlukan untuk melengkapi sebuah sistem, di dalam kerangka waktu yang sangat diperpendek. Jika komitmen tersebut tidak ada, proyek RAD akan gagal.
- Tidak semua aplikasi sesuai untuk RAD, bila system tidak dapat dimodulkan dengan teratur, pembangunan komponen penting pada RAD akan menjadi sangat bermasalah.
- RAD tidak cocok digunakan untuk sistem yang mempunyai resiko teknik yang tinggi.
- Membutuhkan Tenaga kerja yang banyak untuk menyelesaikan sebuah proyek dalam skala besar.
- Jika ada perubahan di tengah-tengah pengerjaan maka harus membuat kontrak baru antara pengembang dan pelanggan.
4.Model Incremental
Model Incremental merupakan hasil kombinasi elemen-elemen dari model waterfall yang diaplikasikan secara berulang, atau bisa disebut gabungan dari Model linear sekuensial (waterfall) dengan Model Prototype. Elemen-elemen tersebut dikerjakan hingga menghasilkan produk dengan spesifikasi tertentu kemudian proses dimulai dari awal kembali hingga muncul hasil yang spesifikasinya lebih lengkap dari sebelumnya dan tentunya memenuhi kebutuhan pemakai.
Model ini berfokus pada penyampaian produk operasional dalam Setiap pertambahanya. Pertambahan awal ada di versi stripped down dari produk akhir, tetapi memberikan kemampuan untuk melayani pemakai dan juga menyediakan platform untuk evaluasi oleh pemakai. Model ini cocok dipakai untuk proyek kecil dengan anggota tim yang sedikit dan ketersediaan waktu yang terbatas.
Pada proses Pengembangan dengan Model Incremental, perangkat lunak dibagi menjadi serangkaian increment yang dikembangkan secara bergantian.
Contoh Penerapan Model Incremental
Perangkat lunak pengolah kata yang dikembangkan dengan menggunakan paradigma pertambahan akan menyampaikan manajemen file, editing, serta fungsi penghasilan dokumen pada pertambahan pertama, dan selanjutnya. Pertambahan pertama dapat disebut sebagai produk inti (core product). Dan pada pertambahan selanjutnya, produk inti akan dikembangkan terus hingga menghasilkan produk jadi yang siap untuk digunakan/dipasarkan.
- Kelebihan Model Incremental :
- Personil bekerja optimal.
- mampu mengakomodasi perubahan secara fleksibel, dengan waktu yang relatif singkat dan tidak dibutuhkan anggota/tim kerja yang banyak untuk menjalankannya.
- Pihak konsumen dapat langsung menggunakan dahulu bagian-bagian yang telah selesai dibangun. Contohnya pemasukan data karyawan.
- Mengurangi trauma karena perubahan sistem. Klien dibiasakan perlahan-lahan menggunakan produknya setiap bagian demi bagian.
- Memaksimalkan pengembalian modal investasi konsumen.
- Kekurangan Model Incremental :
- Tidak cocok untuk proyek berukuran besar (lebih dari 200.000 baris coding).
- Sulit untuk memetakan kebutuhan pemakai ke dalam rencana spesifikasi tiap-tiap hasil dari increament.
Model ini mengadaptasi dua model perangkat lunak yang ada yaitu model prototyping dengan pengulangannya dan model waterfall dengan pengendalian dan sistematikanya. Model ini dikenal dengan sebutan Spiral Boehm. Pengembang dalam model ini memadupadankan beberapa model umum tersebut untuk menghasilkan produk khusus atau untuk menjawab persoalan-persoalan tertentu selama proses pengerjaan proyek.
- Tahap Liason:pada tahap ini dibangun komunikasi yang baik dengan calon pengguna/pemakai.
- Tahap Planning (perencanaan):pada tahap ini ditentukan sumber-sumber informasi, batas waktu dan informasi-informasi yang dapat menjelaskan proyek.
- Tahap Analisis Resiko:mendefinisikan resiko, menentukan apa saja yang menjadi resiko baik teknis maupun manajemen.
- Tahap Rekayasa (engineering):pembuatan prototipe.
- Tahap Konstruksi dan Pelepasan (release):pada tahap ini dilakukan pembangunan perangkat lunak yang dimaksud, diuji, diinstal dan diberikan sokongan-sokongan tambahan untuk keberhasilan proyek.
- Tahap Evaluasi:Pelanggan/pemakai/pengguna biasanya memberikan masukan berdasarkan hasil yang didapat dari tahap engineering dan instalasi.
- Kelebihan model iniadalah sangat mempertimbangkan resiko kemungkinan munculnya kesalahan sehingga sangat dapat diandalkan untuk pengembangan perangkat lunak skala besar. Pendekatan model ini dilakukan melalui tahapan-tahapan yang sangat baik dengan menggabungkan model waterfall ditambah dengan pengulangan-pengulangan sehingga lebih realistis untuk mencerminkan keadaan sebenarnya. Baik pengembang maupun pemakai dapat cepat mengetahui letak kekurangan dan kesalahan dari sistem karena proses-prosesnya dapat diamati dengan baik.
- Kekurangan model iniadalah waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan perangkat lunak cukup panjang demikian juga biaya yang besar. Selain itu, sangat tergantung kepada tenaga ahli yang dapat memperkirakan resiko. Terdapat pula kesulitan untuk mengontrol proses. Sampai saat ini, karena masih relatif baru, belum ada bukti apakah metode ini cukup handal untuk diterapkan.
Model Spiral/Boehm sangat cocok diterapkan untuk pengembangan sistem dan perangkat lunak skala besar di mana pengembang dan pemakai dapat lebih mudah memahami kondisi pada setiap tahapan dan bereaksi terhadap kemungkinan terjadinya kesalahan. Selain itu, diharapkan juga waktu dan dana yang tersedia cukup memadai.
Mungkin cukup sekian postingan saya kali ini, semoga pembahasan tentang “Model – model Pengembangan Perangkat Lunak” diatas dapat bermanfaat untuk kita semua. Terimakasih sudah berkunjung ya.. Tetap belajar dan Always Keep High Spirit.
6. Pengertian Model V, keuntungan Model V, Kerugian Model V
Pengertian Model V
Model ini merupakan perluasan dari model waterfall.
Disebut sebagai perluasan karena tahap-tahapnya mirip dengan yang terdapat
dalam model waterfall. Jika dalam model waterfall proses dijalankan secara
linear, maka dalam model V proses dilakukan bercabang. Dalam model V ini
digambarkan hubungan antara tahap pengembangan software dengan tahap
pengujiannya.
Berikut penjelasan masing-masing tahap beserta tahap
pengujiannya:
1. Requirement Analysis & Acceptance
Testing
Tahap Requirement Analysis sama
seperti yang terdapat dalam model waterfall. Keluaran dari tahap ini adalah
dokumentasi kebutuhan pengguna.
Acceptance Testing merupakan tahap yang akan mengkaji apakah
dokumentasi yang dihasilkan tersebut dapat diterima oleh para pengguna atau
tidak.
2. System Design & System Testing
Dalam tahap ini analis sistem mulai
merancang sistem dengan mengacu pada dokumentasi kebutuhan pengguna yang sudah
dibuat pada tahap sebelumnya. Keluaran dari tahap ini adalah spesifikasi
software yang meliputi organisasi sistem secara umum, struktur data, dan yang
lain. Selain itu tahap ini juga menghasilkan contoh tampilan window dan juga
dokumentasi teknik yang lain seperti Entity Diagram dan Data Dictionary.
3. Architecture Design &
Integration Testing
Sering juga disebut High Level
Design. Dasar dari pemilihan arsitektur yang akan digunakan berdasar kepada
beberapa hal seperti: pemakaian kembali tiap modul, ketergantungan tabel dalam
basis data, hubungan antar interface, detail teknologi yang dipakai.
4. Module Design & Unit
Testing
Sering juga disebut sebagai Low
Level Design. Perancangan dipecah menjadi modul-modul yang lebih kecil. Setiap
modul tersebut diberi penjelasan yang cukup untuk memudahkan programmer
melakukan coding. Tahap ini menghasilkan spesifikasi program seperti: fungsi
dan logika tiap modul, pesan kesalahan, proses input-output untuk tiap modul,
dan lain-lain.
5. Coding
Dalam tahap ini dilakukan pemrograman terhadap setiap modul
yang sudah dibentuk.
1.1 Keuntungan V Model
ü
Bahasa
yang digunakan untuk merepresentasikan konsep V model menggunakan bahasa
formal. Contoh : dengan menggunakan objek model ataupun frame-frame •
Meminimalisasikan kesalahan pada hasil akhir karena ada test pada setiap
prosesnya
ü
Penyesuaian
yang cepat pada projek yang baru
ü
Memudahkan
dalam pembuatan dokumen projek
ü
Biaya yang murah dalam perawatan dan
modifikasinya
ü
V Model sangat fleksibel. V Model mendukung
project tailoring dan penambahan dan pengurangan method dan tool secara
dinamik. Akibatnya sangat mudah untuk melakukan tailoring pada V Model agar
sesuai dengan suatu proyek tertentu dan sangat mudah untuk menambahkan method
dan tool baru atau menghilangkan method dan tool yang dianggap sudah obsolete.
ü
V Model dikembangkan dan di-maintain oleh
publik. User dari V Model berpartisipasi dalam change control board yang
memproses semua change request terhadap V Model.
1.2 Kerugian
V Model
ü
Aktifitas
V-Model hanya difokuskan pada projectnya saja, bukan pada keseluruhan
organisasi. V-Model adalah proses model yang hanya dikerjakan sekali selama
project saja, bukan keseluruhan organisasi.
ü
Prosesnya
hanya secara sementara. Ketika project selesai, jalannya proses model
dihentikan. Tidak berlangsung untuk keseluruhan organisasi.
ü
Metode
yang ditawarkan terbatas. Sehingga kita tidak memiliki cara pandang dari metode
yang lain. Kita tidak memiliki kesempatan untuk mempertimbangkan jika ada tools
lain yang lebih baik.
ü
oolnya
tidak selengkap yang dibicarakan. SDE (Software Development Environment).Tidak
ada tools untuk hardware di V-Model. Tool yang dimaksud adalah “software yang
mendukung pengembangan atau pemeliharaan / modifikasi dari system IT.
ü
V
Model adalah model yang project oriented sehingga hanya bisa digunakan sekali
dalam suatu proyek.
ü V Model terlalu fleksibel dalam arti ada beberapa activity dalam V Model yang digambarkan terlalu abstrak sehingga tidak bisa diketahui dengan jelas apa yang termasuk dalam activity tersebut dan apa yang tidak. http://khoreullumam.blogspot.com/2013/02/v-model.html
7.model concurrent.
Model ini disebut juga dengan concurrent engineering yang dapat digambarkan secara skematik sebagai serial dan kegiatan teknis utama, tugas-tugas dan hubungan antar bagian-bagian yang saling terkait dimana aktifitas analisa seperti disain/rancangan atau komukasi pelanggan dapat di skemakan dengan cara yang sama.
pada model ini altifitas kerja dilakukan secara bersamaan, setiap proses kerja memiliki beberapa pemicu kerja dan aktifitas. pemicu dapat berasal dari awal proses kerja maupun pemicu kerja dari yang lain karena setiap pemicu saling berhubungan. misalnya proses desain akan berubah atau dihentikan sementara karena ada perubahan peminaan perubahan dari costumer.
Kelebihan Model Concurrent.
Hasil yang didapat akan menghasilkan suatu sistem yang sangat baik karena terdapat perancangan yang terjadi secara matang.
Kekurangan model concurrent.
memungkinkan terjadinya perubahan besar-besaran, maka akan membuat biaya dan waktu yang diperlukan membengkak.
Contoh sofware model concurrent.
model proses yang concurrent sering digunakan sebagai pradigma untuk pengembangan dari client/servell aplikasi bab(28). seorang klien/ server terdiri system dari serangkaian komponen fungsional. ketika diterapkan ke klien/server, model proses concurrrent mendefinisikan kegiatan dalam 2 dimensi [SHE94]:
sebuah system dimensi dan dimensi kokponen, Masalah tingkat system ditangani dengan mengguakan tiga kegiatan: desain, perakitan, dan penggunaan.
sumber :
/murtri.wordpress.com/2014/08/25/model-model-pengembangan-perangkat-lunak-beserta-contoh-penerapannya/
http://berkualitas19.blogspot.co.id/2016/10/macam-macam-model-dalam-rekayasa_2.html
7. Model Concuseriarent
1.
Penjelasan Model
Concurre
Model ini disebut juga dengan concurrent engineering yang dapat digambarkan secara skematik sebagai serial dari kegiatan teknis utama, tugas-tugas, dan hubungan antar bagian-bagian yang saling terkait di mana aktifitas analisa seperti desain/rancangan atau komunikasi pelanggan dapat diskemakan dengan cara yang sama.
Pada model ini
aktifitas kerja dilakukan secara bersamaan, setiap proses kerja memiliki
beberapa pemicu kerja dari aktifitas. Pemicu dapat berasal dari awal proses
kerja maupun dari pemicu yang lain karena setiap pemicu akan saling berhubungan.
Misalnya proses desain akan berubah atau dihentikan sementara karena ada
perubahan permintaan kebutuhan dari customer.
2.
Kelebihan Model
Concurrent
Hasil yang di
dapat akan menghasilkan suatu sistem yang sangat baik karena terdapat
perancangan yang terjadi secara besar dan terencana secara matang.
3.
Kekurangan Model
Concurrent
Memungkinkan
terjadinya perubahan besar-besaran, maka akan membuat biaya dan waktu yang
diperlukan membengkak.
4.
Contoh Software
Model Concurrent
Model proses
yang konkuren sering digunakan sebagai paradigma untuk pengembangan dari
client/server11 aplikasi (Bab 28). Seorang klien / server yang terdiri sistem
dari serangkaian komponen fungsional. Ketika diterapkan ke klien / server,
model proses concurrent mendefinisikan kegiatan dalam dua dimensi [SHE94]:
sebuah sistem dimensi dan dimensi komponen. Masalah tingkat sistem ditangani
dengan menggunakan tiga kegiatan: desain, perakitan, dan penggunaan.